Sampai Kapan Belawan Tetap Terendam dan Kumuh

Foto : Banjir di Belawan.

DikoNews7 -
   
Banjir memang  menjadi persoalan yang kerap menyusahkan. Problema warga pesisir  yang tak pernah usai ini kian hari semakin meremukkan pikiran. Sebab, tak satu hal yang harus diurus warga ketika banjir pesisir (rob) datang  menyergap.  Ini khususnya di Kecamatan Medan Belawan secupak tanah di ujung utara Kota Medan  yang berdampingan dengan dinding timur Pulau Sumatera.   

Tidak berlebihan. Kalau dulu banjir air pasang dari laut membawa berkah bagi warga di “Kota Maritim” ini, karena lahan resapan air seperti rawa-rawa dan paluh masih berfungsi dengan baik. Meskipun pasang perdani, warga bisa mendapatkan hasil melalui kegiatan menjala udang, mancing dan menangkul kepiting. Tapi, semua itu kini tinggal impian yang membekas dan nyata. Belawan tetap terendam dan kumuh.

Nestapa hari ini berbilang pada sisa-sisa waktu seakan tak lagi menanti harapan bahagia, melainkan cemas bakal disuguhkan imbauan dari Camat Medan Belawan yang berbunyi: “Masyarakat pesisir Waspada Banjir Rob”. Tentu saja ini membuat letih persendian warga. Apa lagi air pasang dari laut  sudah berubah menjadi cerita duka.
     
Menyikapi imbauan tersebut, warga yang bermukim di “Kelurahan Padat Kaum    Miskin” ini harus mengalihkan sebagian biaya yang semestinya untuk makan diprioritaskan menjadi keperluan membeli pasir dan semen. Sedangkan warga yang tergolong susah lagi miskin cuma bisa beli kerak lilin untuk menyekat masuknya air pasang ke rumah mereka. 

Penuh duka-lara memang. Setelah seharian disergap banjir rob, malamnya hujan deras turut menambah runyam keadaan. Rumah warga terendam berubah menjadi destinasi banjir. Akibatnya waktu istirahat malam warga dirampas untuk ekstra kerja keras menguras banjir. Tak ada lagi kesempatan untuk membasuh lelah di malam hari.

Derita lainnya,  aktivitas  untuk mencari nafkah sudah pasti terganggu. Di tengah kesulitan seperti sekarang ini beban hidup warga semakin bertambah. Pantas saja mereka kesal dan geram sambil bergumam mencemoohi  janji-jani manis dan kombur malotup yang pernah diumbar.  Janji membangun Belawan semakin nyata tinggal impian.

Warga di “Kecamatan Pendulang Devisa” melalui jalur laut ini belum melihat upaya Pemerintah Kota Medan hingga kepada perangkatnya  serius mengatasi dan membenah fasilitas pengendali banjir di Belawan. Konon pula bermimpi ingin membangun tanggul rob. Itu hanya  sebagai angan-angan  mengukir langit saja, tanggap Baginda Masri Tanjung, Minggu (29/5/2022).

Pengamat fasilitas pengendali bajir di Kota Pelabuhan Laut Medan  ini menambahkan, ketinggian air pasang dari laut dalam rentang waktu  satu dekade belakangan ini ditingkahi oleh beberapa penyebab. Itu di antaranya semakin hilangnya kantong-kantong air  seperti rawa-rawa dan paluh akibat ditimbun untuk kepentingan usaha seperti lapangan penumpukan peti kemas dan pabrik.

 “Nah, ini kan pantas mereka mengeluarkan CSR-nya untuk membantu merawat lingkungan yang telah beralih fungsi. Untuk merealisasi langkah efektif ini diharapkan  kehadiran Pemerintah Daerah  baik Pemko Medan maupun Pemprosu menggedor” perusahaan-perusahaan tersebut yang menutup lahan resapan air  untuk kepentingan usaha bagi mendatangkan keuntungan buat mereka. Baik itu BUMN seperti Pelindo I maupun BUMD.”

“Agaknya masih mendingan melakukan tindakan yang praktis, efektif dan ekonomis, yaitu benahi saja lebih dulu parit dan paluh. Biayanya tidak besar. Sumber anggaran dari APBD Kota Medan berpadu dengan CSR perusahaan yang menjalankan usahanya di Belawan. Jika ini terlaksana,  banjir yang telah mengubah potret Belawan menjadi Kota Terendam, Kota Kumuh dan Kota Tua yang Makin Menua dapat teratasi sekalipun tidak maksimal,” ujar Baginda Masri Tanjung. 

Reporter : Nur

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel