Memprihatinkan, Makam Pendiri Kota Medan, Guru Patimpus, Dikepung Semak Belukar, Tanpa Perawatan
DikoNews7 -
NAMANYA memang cukup dikenal, karena dianggap sebagai sosok yang membuka kota Medan di tahun 1590 yang dimulainya dari dataran pertemuan antara sungai Babura dan sungai Deli.
Dari tempat itulah kemudian kampung-kampung sekitarnya terbuka dan menjadi daerah permukiman penduduk, termasuk berdirinya kantor perusahaan Deli Maatschappij (holding) yang mengelola sejumlah perkebunan tembakau di Deli sejak 1863.
Patimpus juga yang kemudian membuka kampung Sepuluh Dua Kuta yang kemudian dikenal sebagai kawasan Hamparan Perak.
Di wilayah terakhir ini Patimpus hidup bersama keturunannya hingga kini memasuki generasi yang ke 14. Dan di kawasan ini pula ia wafat dan dimakamkan, dan makam itu baru ditemukan beberapa tahun terakhir.
Makam itu mulanya hanya berupa gundukan tanah dengan nisan berupa dua buah batu alam setinggi 40 cm, tanpa ada tulisan apa pun. Namun tim arkeologi dan sejarawan dari Unimed meyakini, itulah makam Guru Patimpus, sang pembuka kota Medan tahun 1590.
Apalagi sejak lama makam itu sudah dikenal penduduk Desa Lama (Kampung Lama) sebagai makam keramat, sehingga jalan setapak menuju makam disebut sebagai gang Keramat.
Namun sangat memprihatinkan, kondisi makam itu saat ini seperti tidak lagi diperhatikan. Tahun 2017 Karang Taruna Sumatera Utara sempat melakukan pemugaran terhadap makam. Begitu banyak pihak yang terlibat seakan ikut merasa perduli dengan sosok yang luar biasa ini.
Namun sayang setelah itu, tidak ada lagi perawatan berkelanjutan. Batu-batu nisan dan dinding yang sengaja dibuat membatasi makam sudah hancur.
Sebatang kamboja dibiarkan tumbuh di bagian kaki makam. Sementara di sekeliling pagar beton makam tumbuh semak belukar yang sangat mengganggu pemandangan jika berada di sana.
Saat ini jika ingin berziarah, misalnya, hanya ada satu pintu masuk dari arah jalan kecil di depan kompleks perumahan.
Kemungkinan lahan perumahan berbatasan dengan lahan makam, sehingga dinding beton perumahan dibangun, dan hanya membuat lubang kecil di dinding sebagai pintu masuk ke makam. Sebuah pemandangan yang memprihatinkan.
Tidak ada tanda-tanda apa pun, sehingga pendatang harus bertanya dulu ke warga perumahan dari mana masuk jika ingin ke makam Guru Patimpus.
Salah seorang warga di kompleks perumahan di Desa Lama tersebut mengatakan, tidak pernah ada yang datang mengunjungi makam keramat ini sejak lama.
Itu sebabnya, kondisi makam sama sekali tidak terawat. Apalagi letaknya, saat ini menjadi bagian dari perladangan warga yang menanam sayuran, sehingga makam tidak terlihat dari arah jalan keramat.
Tidak adakah yang perduli? Inilah pertanyaan yang muncul saat menziarahi makam Guru Patimpus, Kamis 07/09) pekan lalu. Makam tokoh besar asal Tanah Karo itu seperti dibiarkan begitu saja.
Sangat tidak sebanding dengan jasa yang telah diberikannya semasa hidup. Kini Guru Patimpus dibiarkan terbaring di alam keabadiannya dalam kesunyian yang panjang. **(esa)