Ledakan di Misa Katolik Kampus Filipina Picu Kepanikan Jemaah dan Tiga Orang Tewas, Antek ISIS Dalangnya?
DikoNews7 -
Ledakan melanda sebuah acara Misa Katolik di Mindanao, Filipina dan menewaskan sejumlah orang.
"Tiga orang tewas dan sembilan luka-luka dalam ledakan di sebuah Misa Katolik di Filipina," kata pihak berwenang seperti dikutip dari BBC, Minggu (3/12/2023).
Insiden itu terjadi di gimnasium Mindanao State University (MSU) atau Universitas Negeri Mindanao di Kota Marawi pada Minggu pagi. Pihak universitas mengatakan mereka "sangat sedih dan terkejut" dengan kekerasan yang “tidak masuk akal dan mengerikan”.
"Kekerasan tidak mempunyai tempat dalam masyarakat yang beradab, dan hal ini sangat menjijikkan di institusi pendidikan tinggi seperti MSU," katanya.
"Kami berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Kristen kami dan semua orang yang terkena dampak tragedi ini."
Pihak universitas menambahkan bahwa staf keamanan tambahan telah dikerahkan di kampusnya dan semua kegiatan akademik akan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
"Pihak berwenang sedang menyelidiki ledakan di Universitas Negeri Mindanao di Marawi pada hari Minggu," ucap direktur kepolisian daerah, Brigjen Allan Nobleza, kepada wartawan seperti dikutip dari The Guardian.
Ledakan tersebut menyebabkan kepanikan di antara puluhan jemaah misa dan menyebabkan para korban berlumuran darah dan tergeletak di tanah, kata kepala keamanan kampus universitas milik negara Filipina, Taha Mandangan.
Setidaknya dua orang yang terluka sedang berjuang untuk hidup mereka, sambung Mandangan.
"Ini jelas merupakan tindakan terorisme. Ini bukan perseteruan sederhana antara dua orang. Sebuah bom akan membunuh semua orang di sekitarnya," tutur Mandangan kepada Associated Press.
Adapun pada tahun 2017, Kota Marawi diketahui menjadi lokasi pertempuran selama lima bulan antara pasukan pemerintah dan militan yang memiliki hubungan dengan ISIS yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Laporan The Guardian menyebut pasukan Angkatan Darat dan polisi segera menutup daerah tersebut dan melakukan penyelidikan awal, serta memeriksa kamera keamanan untuk mencari indikasi siapa yang mungkin bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pos pemeriksaan keamanan juga didirikan di sekitar Kota Marawi.
Direktur kepolisian daerah, Brigjen Allan Nobleza mengatakan salah satu sudut pandang yang digunakan adalah kemungkinan balas dendam yang dilakukan oleh militan pro-ISIS. Marawi dikepung oleh militan Islam selama lima bulan pada tahun 2017.
Militer Filipina mengatakan pada hari Sabtu (2/12) bahwa mereka telah membunuh 11 militan, termasuk anggota Dawlah Islamiyah-Filipina, sebuah kelompok pro-ISIS, dalam operasi militer sehari sebelumnya di Provinsi Maguindanao del Sur.
"Saya mengutuk insiden pemboman yang terjadi pagi ini," kata Gubernur Lanao del Sur, Mamintal Adiong Jr, dalam sebuah pernyataan.
"Serangan teroris terhadap institusi pendidikan juga harus dikutuk karena ini adalah tempat yang mempromosikan budaya perdamaian."
Universitas mengeluarkan pernyataan di Facebook yang mengatakan bahwa mereka "sangat sedih dan terkejut dengan tindakan kekerasan yang terjadi selama pertemuan keagamaan. Kami dengan tegas mengutuk tindakan tidak masuk akal dan mengerikan ini."
Seorang saksi yang tinggal di asrama dekat gimnasium mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia mendengar ledakan keras yang mirip dengan ledakan trafo listrik.
Saksi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia melihat beberapa polisi dan ambulans dikerahkan di area kejadian di dalam bagian utama universitas tersebut.
Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki ledakan tersebut, termasuk kemungkinan ledakan tersebut dilakukan oleh militan pro-ISIS.
Ledakan itu terjadi dua hari setelah 11 orang terduga anggota kelompok teroris Dawlah Islamiyah dan pemimpinnya tewas dalam operasi militer serangan udara dan darat di kawasan pegunungan Mother Tuayan, Datu Hoffer Ampatuan, Maguindanao del Sur.
Divisi Infanteri ke-6 Angkatan Darat mengatakan serangan udara dan darat dimulai sekitar pukul 12:15 pada hari Jumat, 1 Desember.
Pihak berwenang mengatakan tentara menemukan jasad saat operasi pembersihan pada Sabtu pagi, 2 Desember.
Brigjen Oriel Pangcog, Komandan Brigade Infanteri 601, mengatakan serangan tersebut dilancarkan setelah pihaknya memvalidasi informasi bahwa kelompok tersebut berada di kawasan tersebut. Pangcog mengatakan itu adalah serangan militer.
Dia mengatakan tentara menemukan sedikitnya 10 senjata api berkekuatan tinggi dan bahan peledak dalam serangan tersebut.
Mayor Jenderal Alex Rillera, komandan Divisi Infanteri ke-6, mengatakan kelompok tersebut sedang melakukan konsolidasi dan berencana mengganggu kegiatan ekonomi di Mindanao Tengah dan Selatan-Tengah.
Peringatan keamanan diumumkan di Maguindanao del Sur untuk mengantisipasi serangan balasan. (*)