Tak Ada Biaya Berobat, IRT Penderita Kanker Mata Hanya Bisa Pasrah
Kamis, 28 Maret 2024
DikoNews7 -
Miris ! Itulah yang dialami Asina boru Sinambela. Apa sebab, ternyata ibu malang yang memiliki tiga orang anak ini, harus menahan rasa sakit akibat tidak punya biaya untuk berobat karena mengalami sakit kanker mata dan saat ini hanya bisa terbaring lemah di rumahnya.
Sakit
yang diderita Asina tersebut, berdasarkan diagnosa dokter Rumah Sakit
Umum (RSU) Pringadi Medan, yang menyebutkan menderita kanker mata pada
bagian mata sebelah kirinya. Perempuan berusia 47 tahun, warga Jalan
Menteng VII Gang Famili Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai ini sudah
sakit selama 11 bulan lamanya.
Lebih mirisnya lagi, Asina tinggal bersama suaminya Dedi Aritonang (49) yang sebelumya bekerja sebagai tukang las dan sekarang tidak lagi bekerja karna menderita penyakit diabetes atau kencing manis, tidak punya biaya untuk berobat menyembuhkan sakit yang dideritanya. Hal ini membuat kondisi Asinah semakin hari semakin parah.
Kepada awak media, Dedi Aritonang mengaku, selain tidak mempunyai biaya untuk mengobati istri maupun dirinya, saat ini ketiga anaknya juga terancam putus sekolah akibat ketiadaan biaya.
Dedi Aritonang mengatakan bahwa demi kesembuhan istrinya, dirinya telah mencoba mengobati istrinya dan sudah dibawa ke beberapa Rumah Sakit diantaranya dibawa, ke Puskesmas, RSU Estomihi, RSU Madani, RSU Pringadi dan RSU Pusat H Adam Malik, namun di Rumah Sakit Pusat H Adam Malik tidak diterima dengan alasan penuh dan akhirnya istrinya dirawat di RS Pringadi.
Menurut Dedi, bahwa istrinya sudah sempat kemoterapi di Rumah Sakit Umum (RSU) Pringadi, setelah beberapa hari, lalu disuruh pulang, tapi hasilnya tetap tidak ada perubahan dan saat ini hanya bisa terbaring menahan sakit dan komdisi badan istrinya makin hari mangkin kurus.
"Sekarang ini saya hanya bisa pasrah. Jangankan untuk biaya berobat, untuk makan sehari hari pun dirinya kesulitan mencari uang, mau bayar pakai apa pak kami BPJS tidak ada, hanya punya kartu berobat gratis," sebut Dedi, Rabu (27/3/24).
Selain menahan rasa sakit yang dideritanya, Dedi juga mengatakan istrinya itu sulit untuk tidur dan hanya bisa terbaring miring diatas tilam saja serta kondisi tubuhnya pun semakin hari semakin memburuk. Selain susah tidur, napasnya sesak dan tubuhnya semangkin hari semangkin lemah dan kurus.
Dedi berharap ada dermawan yang mau membantu untuk kesembuhan penyakit yang diderita istrinya.
"Kami sangat berharap dan berterima kasih kalau ada para dermawan yang ingin membantu untuk kesembuhan isrtri saya," harap Dedi dengan mata berkaca-kaca.
Bak kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga, kini buah hati Dedi dan Asina terancam putus sekolah, seperti anaknya bernama Delasia Magdalena Aritonang Kelas 8, Abadi Aritonang (15) pelajar di SMK negeri 2 Medan jurusan TKR terganggu sekolahnya karena harus merawat dan membawa ibunya rutin ke RS Pringadi.
"Jujur, dari hati yang paling dalam, kami sangat membutuhkan perhatian dan uluran tangan dermawan dan kepedulian sosial. Apalagi, saat ini saya terkena penyakit diabetes, sedangkan istri kena kanker mata, sebagai anak ke 2 dari 3 bersaudara harus rutin menjaga kedua orang tuanya yang butuh perawatan dan perhatian," ucap Dedi menahan tangis. (*)