Tentara Israel yang ke Luar Negeri Dihantui Tuduhan Kejahatan Perang Gaza


DikoNews7 -

Liburan impian seorang tentara cadangan Israel di Brasil berakhir mendadak bulan lalu menyusul tuduhan keterlibatannya dalam kejahatan perang di Jalur Gaza.

Yuval Vagdani terbangun pada 4 Januari dengan banyak panggilan tak terjawab dari anggota keluarganya dan Kementerian Luar Negeri Israel yang memberinya peringatan mendesak: 

Sebuah kelompok hukum pro-Palestina telah meyakinkan seorang hakim federal di Brasil untuk membuka penyelidikan atas tuduhan keterlibatannya dalam perusakan rumah-rumah warga sipil di Jalur Gaza.

Vagdani yang ketakutan melarikan diri dari negara itu pada keesokan harinya dengan penerbangan komersial untuk menghindari cengkeraman konsep hukum yang kuat bernama "yurisdiksi universal", yang memungkinkan pemerintah mengadili orang atas kejahatan yang paling serius terlepas dari tempat kejahatan itu diduga terjadi.

Setelahnya, Vagdani yang selamat dari serangan mematikan Hamas pada7 Oktober 2023, mengatakan kepada sebuah stasiun radio Israel, Kan, bahwa tuduhan itu terasa sangat menyakitkan, seolah-olah "peluru menembus hatinya".

Kasus terhadap Vagdani diajukan oleh Hind Rajab Foundation, sebuah kelompok hukum yang berbasis di Belgia dan dinamai berdasarkan seorang anak perempuan Palestina yang tewas di awal perang akibat tembakan Israel saat dia dan keluarganya melarikan diri dari Kota Gaza.

Dengan bantuan data geolokasi, kelompok ini menyusun kasus mereka berdasarkan unggahan media sosial Vagdani. 

Sebuah foto menunjukkan dia mengenakan seragam di Jalur Gaza, tempat dia bertugas di unit infanteri; sebuah video menunjukkan ledakan besar bangunan di Jalur Gaza di mana suara tentara terdengar bersorak.

Tahun lalu, para hakim di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyimpulkan bahwa ada cukup bukti untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan karena menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan hingga tindakan tidak manusiawi lainnya. 

Baik Israel maupun Netanyahu dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Sejak dibentuk tahun lalu, Hind Rajab Foundation telah mengajukan puluhan pengaduan di lebih dari 10 negara untuk menangkap tentara Israel, baik yang berpangkat rendah maupun tinggi. 

Kampanye ini belum menghasilkan penangkapan, namun telah membuat Israel memperketat pembatasan penggunaan media sosial di kalangan personel militer.

"Ini adalah tanggung jawab kami, sejauh yang kami ketahui, untuk membawa kasus-kasus ini," kata Haroon Raza, salah satu pendiri Hind Rajab Foundation, dari kantornya di Rotterdam, Belanda, seperti dikutip dari AP, Rabu (11/2). "Kemudian terserah kepada otoritas di setiap negara atau ICC untuk memburu mereka."

Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel Eden Bar-Tal bulan lalu mengatakan kurang dari selusin tentara telah menjadi sasaran dan dia menganggap upaya penangkapan tersebut sebagai trik hubungan masyarakat yang sia-sia dari "organisasi teroris".

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel