Jelang Lebaran, Pedagang Kecil dan UKM Kabupaten Langkat Keluhkan Sepinya Pembeli


DikoNews7 -

Menjelang Idul Fitri 1446 H/2025 M yang tinggal beberapa hari lagi, sejumlah pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dan pedagang kecil yang ada di Kabupaten Langkat, Sumut, mengeluh karena penurunan hasil penjualan yang cukup signifikan dan tidak sesuai harapan.

Beberapa pedagang kecil dan pelaku UKM yang coba di temui wartawan di beberapa titik yang ada di Kabupaten Langkat mengatakan, sepinya pembeli membuat omzet pendapatan berkurang.

Lina (43) salah satu pedagang gorengan yang ada di Jalan Thamrin, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, mengeluhkan pendapatan selama beberapa bulan terakhir, padahal dirinya sudah berjualan sejak 6 tahun lalu.

"Bulan ini pendapatan cukup jauh berkurang, kalau dilihat masyarakat cukup rame, tapi daya beli masyarakat jauh berkurang, kalau tahun lalu, menjelang puasa dan lebaran, kita bisa menjual 500 sampai 700 gorengan bahkan lebih, tapi puasa tahun ini paling hanya 150 sampai 200 gorengan," ucapnya.

Dirinya menambahkan, saat ini jangankan cerita untung, untuk balik modal saja sudah syukur, apalagi saat ini bahan-bahan pada mahal, pisang kepok 1 sisir sekitar Rp 13.000 - 15.000, belum lagi tepung, minyak goreng dan lainnya dengan harga jual gorengan Rp1.000/buah, ketusnya.

Sementara itu, Dias (33) warga Dusun 1 Musyawarah, Kelurahan Kwala Bingai, Kecamatan Stabat, Langkat, seorang pedagang minuman jeruk peras keliling, juga mengeluhkan sepinya pembeli, dirinya mengatakan sudah berjualan jeruk peras di sekitar pusat perbelanjaan Stabat City sejak 8 tahun lalu.

"Tahun ini beda dengan tahun-tahun kemeren, tahun kemaren kita bisa jual hingga 20 kg jeruk peras, namun saat ini untuk jual 8 kg saja sulit, apalagi harga jeruk saat ini Rp 7.500/kg, kita jual per cup Rp 5.000 dengan 2 buah jeruk, tahun ini ekonomi serek kali pak," ucapnya saat ditemui di sekitar Stabat City, Senin (22/03/2025) malam.

Dengan nada sedih, dirinya menambahkan, sebentar lagi Lebaran tiba, saat ini untung ada mertua yang belikan baju Lebaran anak, kalau tidak , anak saya tidak pakai baju baru, ucapnya sambil mengerutkan dahi.

Senada, Suhandika (30) warga Kampung Krani Stabat, saat ditemui sedang berjualan bakso goreng di Stabat City juga menceritakan tentang sepinya pembeli.

"Jauh beda tahun ini, dagangan sepi, kalaupun bisa di jual sekitar 2 kg yang mana biasanya bisa habis 6-7 kg perhari, modal kita perkilonya Rp 100.000, dengan untung bisa dua kali lipat dari modal, tapi tahun cukup jauh berkurang, yang mana biasanya kita bisa menabung dari sisa untung, tapi ini jangankan untung, balik modal saja sudah syukur," ucap ayah 2 anak ini mengeluh.

Hal yang sama juga dirasakan pedagang takjil disekitar Jalan Sudirman, Pekan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, dimana selama Ramadhan 1446H, omzet pendapatan pedagang jauh menurun dari tahun-tahun sebelumnya.

"Mau bilang apa lagi, beginilah keadaannya, setiap hari banyak dagangan yang tidak habis karena sepinya pembeli," ucap beberapa pedagang.

Merosotnya daya beli masyarakat berdampak langsung pada omzet pedagang yang terus menurun, ini diperparah dengan minimnya perhatian pemerintah Kabupaten Langkat dalam melakukan pembinaan dan menyalurkan bantuan kepada pedagang kecil dan pelaku UKM. (Kurnia02)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel