Militer Sudan Rebut Kembali Istana Kepresidenan Usai Dua Tahun Perang Saudara
DikoNews7 -
Militer Sudan mengumumkan telah merebut kembali istana kepresidenan di ibu kota Khartoum dari pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) setelah hampir dua tahun perang saudara Sudan berlangsung.
Merebut kembali pusat kekuasaan negara di Afrika Timur ini merupakan kemenangan besar bagi militer, yang telah membuat kemajuan signifikan melawan RSF dalam beberapa bulan terakhir.
"Tidak akan ada negosiasi selama orang-orang ini masih ada," tegas Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, presiden de facto Sudan dan kepala angkatan darat, pada Jumat (12/7/2025) seperti dilansir BBC.
Namun, pasukannya masih jauh dari mengakhiri perang sepenuhnya karena sebagian besar wilayah negara masih berada di bawah kendali RSF.
Selain itu, belum jelas apakah pertempuran di Khartoum sudah berakhir. Sebuah pernyataan RSF menyebutkan bahwa pasukan mereka masih berada di area tersebut.
"Pasukan kami yang gagah berani masih berada di sekitar area," bunyi pernyataan RSF yang dikeluarkan melalui layanan pesan Telegram.
RSF menyatakan bahwa serangan drone yang mereka luncurkan ke kompleks istana menewaskan banyak orang, termasuk tim jurnalis dari stasiun TV pemerintah Sudan dan dua perwira senior penghubung media angkatan darat.
Bentrokan berdarah juga diperkirakan akan terus berlanjut saat militer berusaha mengepung sisa-sisa anggota RSF, yang menguasai sebagian besar wilayah di selatan istana. Mereka juga mengendalikan sebagian bandara terdekat.
Namun, perebutan istana yang terjadi setelah pertempuran sengit di pusat kota — dirayakan dengan penuh sukacita oleh para prajurit di media sosial. Unggahan menunjukkan para prajurit yang bersorak-sorai dan berlutut untuk berdoa di pintu masuk istana.
Juru bicara Angkatan Darat Sudan Nabil Abdallah mengatakan di TV pemerintah bahwa militer telah menguasai istana dan gedung-gedung kementerian pada Jumat pagi.
"Pasukan kami benar-benar menghancurkan anggota dan peralatan musuh, serta menyita sejumlah besar peralatan dan senjata," tambah Abdallah.
Konflik yang dimulai pada April 2023 karena ketegangan politik dan persaingan kekuasaan antara dua kekuatan utama ini telah menimbulkan korban besar bagi warga sipil, dengan 12 juta orang terpaksa mengungsi dan jutaan lainnya menghadapi kelaparan.
Ibu kota bukan satu-satunya tempat di mana Angkatan Bersenjata Sudan meraih kemenangan. Militer juga telah merebut sebagian wilayah tengah Sudan dalam beberapa pekan terakhir.
Beberapa upaya perdamaian telah gagal karena kedua kekuatan yang bersaing berjanji untuk terus berperang menguasai wilayah-wilayah strategis.
Selain menyebabkan krisis kemanusiaan terbesar di dunia, menurut PBB, baik RSF maupun militer Sudan dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara luas. ***